Experiencing The New Istora

Udah lama banget ga ngepost di blog, karena rasanya hidup lagi ga ada hal yang menarik buat diceritain, takut malah jadi curhat hal-hal yang ga penting. Untungnya (atau sayangnya?), aku punya rencana setidaknya dalam satu bulan harus ada post di blog. Ya walau mungkin ga berfaedah juga tapi lumayan lah daripada curhat.

Jadi, tanggal 27 Januari lalu, pertama kalinya aku nonton langsung pertandingan badminton di Istora Senayan, tempat di mana konon katanya, pendukungnya  terheboh dan selalu meninggalkan kesan buat para atlet dari luar negeri. Ini bukan kali pertama aku nonton pertandingan badminton secara langsung, tapi nonton langsung di Istora tentu memiliki pesona tersendiri.

Jadi, pada post ini, aku akan mendeskripsikan bagaimana suasana Istora saat pertandingan Indonesia Master 2018, catatan: bukan membandingkan dengan Istora sebelum direnovasi atau membandingkan dengan tempat turnamen lain.

Aku beli tiket kelas I seharga 150.000 on the spot di depan gedung Istora. Terdapat stan penjualan tiket dibagi menjadi online dan offline lalu dibagi pula kelas VIP dan kelas I. Proses pembelian offline cukup mudah. Sayangnya, panitia hanya menerima pembayaran tunai (anaknya cashless, jadi rasanya repot). 

Tiket yang kami terima dilengkapi oleh barcode yang memberikan akses ke seluruh pintu masuk kelas I. Informasi yang tertera pada tiket hanya pintu masuk yang diperbolehkan sesuai dengan kelas tiket, tidak ada alokasi tempat duduk. Sehingga terdapat kecenderungan penonton memilih untuk masuk melalui pintu masuk yang lebih dekat ke lapangan utama. Hal ini menyebabkan banyak penonton yang duduk di tangga dan menghalangi jalan dikarenakan alokasi tempat duduk yang tidak dapat mengakomodasi keseluruhan penonton. Bukan sekedar masalah kenyamanan yang terganggu, tapi hal ini tentu berbahaya apabila terjadi hal-hal darurat mengingat jalan ke luar terblokir oleh penonton. Selain itu ketika harus ke luar, ke kamar mandi misalnya, tiket harus dibawa supaya bisa scan barcode untuk akses masuk. Jika ingin memberlakukan peraturan ini, ada baiknya bila tiket berbentuk gelang supaya tidak lepas dari pemiliknya. Hal lain yang agak disayangkan adalah suara speaker yang menggema sehingga tidak dapat mendengar suara MC dengan jelas.

Walaupun hal-hal di atas nampak tidak menyenangkan, namun lokasi tempat duduk di tribun, walaupun lokasi teratas pun masih bisa menjangkau lapangan dengan jelas. Selain itu, tentu saja, riuh pendukung Indonesia yang menjadi khas Istora merupakan poin penting yang bisa menghilangkan segala ketidaksukaan akan hal-hal negatif di atas. Apalagi terdapat lima wakil Indonesia di empat partai yang berbeda membuat kami hampir tidak ada waktu istirahat dalam menyemangati para pemain.

From Semifinal WD Match, a thrilling and dramatic victory. Unfortunately, they didn’t get the 1st place. Listen to  the crowd!

1517049445080
Gelap ya, tapi mau nunjukin itu orangnya serame itu.

Untuk menyimpulkan, nonton di Istora merupakan pengalaman yang berkesan bagiku, sebagai orang yang tumbuh dan berkembang nonton pertandingan badminton di TV dari SD. Semoga hal-hal yang disayangkan di Indonesia Master ini bisa diperbaiki untuk pertandingan selanjutnya, Indonesia Open dan Asian Games. Mengingat ini merupakan pertandingan pertama setelah Istora direnovasi, pasti banyak hal yang dapat diperbaiki supaya menonton dan mendukung para pemain jadi lebih aman dan nyaman.

minioncheer

See you Istora, insyaAllah di Indonesia Open next July!!!