Experiencing The New Istora

Udah lama banget ga ngepost di blog, karena rasanya hidup lagi ga ada hal yang menarik buat diceritain, takut malah jadi curhat hal-hal yang ga penting. Untungnya (atau sayangnya?), aku punya rencana setidaknya dalam satu bulan harus ada post di blog. Ya walau mungkin ga berfaedah juga tapi lumayan lah daripada curhat.

Jadi, tanggal 27 Januari lalu, pertama kalinya aku nonton langsung pertandingan badminton di Istora Senayan, tempat di mana konon katanya, pendukungnya  terheboh dan selalu meninggalkan kesan buat para atlet dari luar negeri. Ini bukan kali pertama aku nonton pertandingan badminton secara langsung, tapi nonton langsung di Istora tentu memiliki pesona tersendiri.

Jadi, pada post ini, aku akan mendeskripsikan bagaimana suasana Istora saat pertandingan Indonesia Master 2018, catatan: bukan membandingkan dengan Istora sebelum direnovasi atau membandingkan dengan tempat turnamen lain.

Aku beli tiket kelas I seharga 150.000 on the spot di depan gedung Istora. Terdapat stan penjualan tiket dibagi menjadi online dan offline lalu dibagi pula kelas VIP dan kelas I. Proses pembelian offline cukup mudah. Sayangnya, panitia hanya menerima pembayaran tunai (anaknya cashless, jadi rasanya repot). 

Tiket yang kami terima dilengkapi oleh barcode yang memberikan akses ke seluruh pintu masuk kelas I. Informasi yang tertera pada tiket hanya pintu masuk yang diperbolehkan sesuai dengan kelas tiket, tidak ada alokasi tempat duduk. Sehingga terdapat kecenderungan penonton memilih untuk masuk melalui pintu masuk yang lebih dekat ke lapangan utama. Hal ini menyebabkan banyak penonton yang duduk di tangga dan menghalangi jalan dikarenakan alokasi tempat duduk yang tidak dapat mengakomodasi keseluruhan penonton. Bukan sekedar masalah kenyamanan yang terganggu, tapi hal ini tentu berbahaya apabila terjadi hal-hal darurat mengingat jalan ke luar terblokir oleh penonton. Selain itu ketika harus ke luar, ke kamar mandi misalnya, tiket harus dibawa supaya bisa scan barcode untuk akses masuk. Jika ingin memberlakukan peraturan ini, ada baiknya bila tiket berbentuk gelang supaya tidak lepas dari pemiliknya. Hal lain yang agak disayangkan adalah suara speaker yang menggema sehingga tidak dapat mendengar suara MC dengan jelas.

Walaupun hal-hal di atas nampak tidak menyenangkan, namun lokasi tempat duduk di tribun, walaupun lokasi teratas pun masih bisa menjangkau lapangan dengan jelas. Selain itu, tentu saja, riuh pendukung Indonesia yang menjadi khas Istora merupakan poin penting yang bisa menghilangkan segala ketidaksukaan akan hal-hal negatif di atas. Apalagi terdapat lima wakil Indonesia di empat partai yang berbeda membuat kami hampir tidak ada waktu istirahat dalam menyemangati para pemain.

From Semifinal WD Match, a thrilling and dramatic victory. Unfortunately, they didn’t get the 1st place. Listen to  the crowd!

1517049445080
Gelap ya, tapi mau nunjukin itu orangnya serame itu.

Untuk menyimpulkan, nonton di Istora merupakan pengalaman yang berkesan bagiku, sebagai orang yang tumbuh dan berkembang nonton pertandingan badminton di TV dari SD. Semoga hal-hal yang disayangkan di Indonesia Master ini bisa diperbaiki untuk pertandingan selanjutnya, Indonesia Open dan Asian Games. Mengingat ini merupakan pertandingan pertama setelah Istora direnovasi, pasti banyak hal yang dapat diperbaiki supaya menonton dan mendukung para pemain jadi lebih aman dan nyaman.

minioncheer

See you Istora, insyaAllah di Indonesia Open next July!!!

 

Gimana ceritanya?

Halo, kali ini saya nulis dalam bahasa aja ya, karena yang daftar LPDP pun hanya orang Indonesia hehehe.

Oke, setelah saya mengikuti seleksi LPDP pada tanggal 18-20 November kemarin, beberapa orang meminta tips dan trik menghadapi seleksi LPDP, dan saya selalu menjawab, nanti ya kalau terbukti berhasil baru bisa cerita, daripada menyesatkan hehehe.

Daripada disebut tips dan trik, sebenernya lebih tepat cerita sih ya, karena memang, berbeda dengan tes seperti IELTS yang mendapatkan ukuran angka pencapaian, LPDP hanya memberikan hasil berupa lulus dan tidak lulus, tidak ada feedback yang membuat saya yakin apakah memang saya cukup baik pada saat menghadapi seleksi LPDP yang berupa seleksi administrasi dilanjutkan dengan seleksi substatif (interview, LGD, dan essay on the spot).

LPDP itu apa sih? tentang skema beasiswa yang saya ikuti selengkapnya bisa dibaca di sini.

Jadi gimana ceritanya ik?

Seleksi Administrasi

oke, pada tahap ini peserta diharuskan mengumpulkan berkas-berkas sebagai berikut:

1. Surat Pernyataan
2. Rekomendasi
3. Surat Kesehatan
4. TBC
5. Narkoba
6. Essay 2 (Sukses terbesarku, Peran bagi negara)
7. Study Plan
8. SKCK
9. Sertifikat Bahasa
10. Sertifikat Pendukung

Semuanya saya siapkan jauh dari deadline, karena nggak mau ketar-ketir berkas nggak bisa keupload pada hari terakhir pengumpulan, saya sendiri menyelesaikan urusan pendaftaran kira-kira seminggu sebelum penutupan, dan hal ini sangat saya syukuri karena emang pada hari terakhir pendaftaran traffic web LPDP sangat ramai. Untuk essay cobalah meminta teman untuk membaca dan memberikan feedback supaya yakin bahwa yang dituliskan sudah cukup baik.

Seleksi Substantif

Setelah dua minggu dari batas akhir pengumpulan berkas, diumumkanlah hasil dari seleksi administrasi, lalu disusul dengan jadwal dan tempat seleksi pada e-mail terpisah di hari berikutnya. Jadwal yang pertama diberikan merupakan rentang waktu seleksi selama tiga hari sedangkan jadwal lebih rinci beserta kelompok wawancara serta LGD dan essay dikirimkan lagi H-2 seleksi substantif, sungguh membuat jantung dagdigdug.

Lalu, bagaimana ceritanya? Saya mendapatkan jadwal seleksi dua hari, bisa saja kamu mendapatkan jadwal sehari penuh dari pagi hingga sore untuk menyelesaikan tiga proses seleksi tersebut. Bagi saya pribadi sebenarnya lebih suka ketika bisa selesai dalam satu hari dan ngga perlu kepikiran lagi besoknya, tapi melihat rentang waktu antrian seleksi yang bisa jadi dari jam 8 pagi hingga 3 sore (atau bahkan lebih), saya cukup bersyukur mendapatkan jadwal interview serta LGD dan essay pada hari yang terpisah.

Pada hari pertama, saya mendapatkan jadwal verifikasi berkas pada pukul 9.00-10.00 dan jadwal interview pukul 11.00. Cukup lama rasanya menunggu pada saat itu, terlebih ketika menunggu saya menghabiskan waktu berbincang-bincang dengan orang-orang yang bener-bener hebat yang bikin saya merasa seperti butiran debu dibandingkan dengan apa yang telah mereka capai. Cukup gelisah karena hingga jam 11 pun nama saya belum muncul di monitor, rasanya udah nggak karuan, antara deg-degan sama yaudah pasrah aja, mau pipis aja sampe ditahan. Akhirnya muncul nama saya di monitor pukul 11.30, jalanlah saya menuju ke lokasi wawancara, sampai di sana ternyata saya masih harus menunggu tim interviewer bersiap-siap, doa udah ngga putus-putus sambil nunggu, udah ngga bisa mundur juga, do or die.

Dan akhirnya dimulailah interview, pertanyaannya sebenarnya tipikal dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah banyak orang ceritakan. Pertanyaan pertama saya langsung ditagih tentang apa yang bisa saya berikan ke Indonesia dengan ilmu yang akan saya pelajari sepulang dari sana (sana, karena belum pasti tempatnya. hehe). Tidak berhenti dengan satu jawaban saja, saya terus dipertanyakan urgensi ilmu tersebut, apakah untuk berkontribusi harus dengan melalui jalan itu? Intinya, interviewer menanyakan keteguhan dan keyakinan saya dengan pilihan bidang studi serta universitas yang saya tuju.

Setelah itu, saya ditanyai mengenai pencapaian saat kuliah di ITS. Kenapa tidak ada prestasi selain pencapaian IPK dan di organisasi pun tidak menjadi pemimpin. Pada saat itu saya hanya mengakui kalau saya belum memiliki prestasi yang gemilang dan hanya bermain sebagai tim pada saat berorganisasi dibandingkan dengan menjadi pemimpin, namun saya juga jelaskan bahwa dengan kegiatan yang padat saya tetap berhasil mengelola urusan perkuliahan dengan baik. Perbincangan ini berlangsung panjang dengan berulang-ulang ditanyai “Tapi emang ngga ada kan prestasi selain itu?” yang akhirnya saya jawab “Ya, iya sih, Bu.”

Selanjutnya, saya juga ditanya mengenai hal personal seperti: apakah yakin sebagai anak tunggal orang tua nggak masalah ditinggal? Apa bisa hidup sendiri? Gimana kalo ortu tiba-tiba nyuruh pulang di tengah perkuliahan? Kenapa seleksinya ikut yang Jakarta?  Sudah punya pacar? (serius), selanjutnya ditanya juga apa rencana kalo nggak diterima LPDP. Tau ga jawaban saya apa? “Ya sedih bu.” (obvious ik, please) tapi saya lanjutin bilang “Saya akan perbaiki essay serta profil saya supaya ketika daftar lagi bisa ada hal lain yang saya tawarkan dan juga memperdalam kemampuan di bidang data analysis”

Intinya, menurut saya tim interviewer ingin mengetahui seyakin apa saya dengan pilihan bidang studi saya, bagaimana saya melihat manfaat yang bisa saya berikan dari ilmu tersebut, apakah latar belakang pencapaian serta urusan personal saya pada saat kuliah sudah cukup menjadi jaminan bahwa saya akan bisa menyelesaikan studi dengan baik.

Ada hal yang bikin saya agak lemes di akhir wawancara karena psikolognya (Oiya, jadi tim interviewer terdiri dari satu psikolog dan dua akademisi) mengatakan “Kamu kenapa merendahkan diri banget sih? Ya sudah sangat berprestasi kok kamu, jangan terlalu underestimate diri sendiri”. Saya langsung merasa terkena jebakan hehehe, ya emang saya kelewat jujur kali ya, sepertinya yang diharapkan tim interviewer adalah saya bisa melihat dan menghargai diri saya sebagai orang yang cukup berprestasi dan meyakinkan mereka bahwa capaian yang sudah saya raih sudah merupakan suatu prestasi.

Namun, nggak ada standard how to pass the interview, karena serius, semua tergantung interviewernya. Tentu interviewer sudah memiliki standar penilaian yang tepat, namun metode penggaliannya bisa berbeda di tiap tim interviewer. Contohnya saja, saya mengajukan diri untuk beasiswa magister luar negeri tapi saya diwawancara hampir full (hanya ada satu sesi yang mengharuskan saya speech dalam bahasa Inggris) dengan bahasa Indonesia, yang tentu menurut saya merupakan sebuah berkah tersendiri karena penyampaian akan lebih baik ketika menggunakan bahasa Indonesia. hehe. Kok enak sih? Saya sih percayanya itu kekuatan doa. hehehe.

Interview berjalan 40 menit, cukup lama tapi sebenernya ngga gitu kerasa. Saya dapat cerita dari teman saya dia melihat peserta seleksi setelah dia hanya diwawancara selama 10 menit. Jadi, ya, itu tadi, mungkin dalam 10 menit memang interviewer sudah bisa melihat hal-hal yang diperlukan. Sekali lagi, ngga ada standar tips dan trik selain yakin, pelajari dengan baik essay dan rencana studi, doa. dah.

Keesokan harinya saya menjalani seleksi Essay on the spot dan LGD. Kedua tahap seleksi ini dilakukan berkelompok, kelompok besar dan kelompok-kelompok kecil. Pada tahap EOT, setiap orang diberikan dua pilihan topik mengenai isu terkini di Indonesia dan bagaimana opini serta solusi yang menurutmu tepat. Pada saat itu, saya mendapatkan pilihan hukuman mati koruptor serta isu penyusunan KUHP mengenai pencemaran nama baik presiden. Selain mengikuti berita, saya sarankan untuk mempelajari struktur menulis yang baik sehingga ketika menuliskan opini tidak berbelit-belit. Tidak ada minimal jumlah kata pada penulisan essay, hanya diberi waktu 30 menit untuk menuliskan opini.

Selanjutnya dari kelompok besar dibagi ke kelompok-kelompok kecil sejumlah 10 orang di tiap tim untuk melakukan Leaderless Group Discussion, sebelum masuk ke ruang LGD dan Essay, peserta diberi waktu menunggu selagi panitia menyiapkan ruangan dan soal. Manfaatkan waktu tersebut untuk berkenalan pada teman-teman satu tim, sehingga akan lebih cair pada saat LGD. Tenang saja, pada saat LGD, akan diberikan satu artikel sebagai bahan yang akan didiskusikan. Kemarin, saya mendapatkan topik legalisasi prostitusi. Menurut saya yang terpenting dalam LGD, ikutilah forum dengan baik, tunjukkan antusiasme dan perhatian ketika orang lain berbicara, berikan tanggapan mengenai opini-opini peserta sebelumnya, jangan menyerang opini orang lain, pun ketika tidak setuju, tunjukkan saja ide lain apa yang kamu punya.

Wow, panjang juga ya, semoga jumlah kata yang panjang ini bisa setara dengan kebermanfaatannya. Maaf kalau ngga bener-bener bisa kasih tips, karena memang bentuknya cuman cerita aja hehehe. Siapapun yang mau daftar LPDP, semoga berhasil, siapkan sebaik-baiknya ya. Kalau aku bisa, kamu juga insyaAllah bisa. Berdoa, berusaha, dan yakin sama Allah aja. πŸ™‚

Pilot post – Is it possible to pass the IELTS target without preparation course?

Hello, it’s been a while since I wrote my last post in my prior blog. I decided to move to wordpress because personally I think wordpress seems to be a more mature blog platform, no? okay, I said personally before, don’t judge. I don’t know why but I tend to create new blog every now and then, I had my high school blog and my college time one. I will try my best to be consistent in posting (whether maybe no body is actually waiting, but this is me trying to have a productive hobby) and try to post more useful posts. ^^

And my first post will be…….. *drumsroll

Is it possible to pass the IELTS target without preparation course?

Not so long ago, me and my friend, Ruzza took an IELTS test, September 26th to be exact and the results came right on the 13th day, October 9th. Believe me, I was so trembling when I opened the online web to check the result and even more surprised when I saw the result. Somehow I didn’t believe that the result turned out to be so good eventhough I missed my target on the writing section but it is still acceptable considering I didn’t sign up to any kind of IELTS course preparation which is very costly, even the test itself is so expensive :’) But Ruzza actually got a greater achievement than me. *thumbsup

After we passed the IELTS test with an acceptable minimum score in most universities, some of my friends asked, how did you learn? is it possible for me too to not join any preparation course? Somehow we gave people hope that everyone could pass the target. Here is my very personal opinion about taking IELTS. There is no guarantee that this will work to everyone, but I’ll give a try.

  1. Know your target. After knowing your target you should try to reflect how far your capability toward those target? Is it possible for you to do the self-learning? I believe we all know our own capability, no one knows better. If you consider your self not in a good position but you don’t have too much time to prepare, I suggest you to join preparation course, it is hard for most of the people to force themself to study (anything, not only IELTS). Or you could actually learn with some friends who have the same purpose to take IELTS test like I did with some of my friends, but you should know that this takes a long time, this is not an instant way. Me and my friends had already studying IELTS together since my early 7th semester, which is more than a year before I took the test, and still I missed my target score in writing.
  2. Try to find someone who could give you a feedback. It is easier to do a self-learning for reading and listening section because the answer key helps you to find out your score estimation. But the writing and speaking need a foreign or at least an expert to help you find out mistakes and know how to improve. We didn’t get these things when we learned alone or by fellow friends (who is also still learning). This is my excuse to have a bad result for my writing.
  3. Try to listen, read, write, and speak in English. Seems obvious? but it is actually not, because some people tend to be scared of making mistake, why should you? If English is not your first language, you are understandably to make mistake. Watch an English-speaking movie with English subtitle (or even without). Believe me or not, to improve my speaking skill I talked to my self in front of mirror, on the motorcycle seat (imagine how absurd it is) but it succeed to make me at least speak clearly, eventhough I am sure I made a lot of grammar mistake hehehe. Try to get used to read difficult-stuff in English, don’t be like me, I only read poems and novels in English, and some online news :’) Then try to update your social media caption in English, if someone corrects your grammar mistakes, accept it wholeheartedly, it is not a sin to make some grammar mistakes.
  4. Learn the writing structure. Especially for the academic test, there are components of writing you should complete, there are so many blogger who share the writing tips, and it helps a lot! And try to join a writing trial test once or twice even if you have to pay, because we need feedback.
  5. Keep calm. Some people may have a syndrome toward the test day, it is actually understandable considering the test is costly, but for your own sake, keep calm, you can’t take a step back anyway, just remember your target and remember how much you prepared for the day.

Those are what I can give to you, the last 2 tips come from Ruzza, anyway. Thanks tal. ^^

To conclude, it is possible (absolutely) to pass the IELTS score target without preparation course, if you know your target, you know your timeline, you know the possibility and your position toward your target. If you asked me if I had the opportunity (I mean budget) to join any preparation course, would I join? I would say yes without any hesitation, I believe I could achieve a better result moreover in writing and reading section. However, there is no guarantee to succeed the test even you already joined the preparation course. Some people just too lazy to attend the class, or lose focus, or never been interested the idea of learning English. But, personally I find it really helpful to have some helps in giving feedback and suggesting the tricks.

Quoting a sentence from someone (I forgot his name, sorry) who presented before I took the free-trial IELTS test (only for reading and listening actually) his saying boosted my confidence up because I was so indecisive to join or not the preparation course considering the cost. He said

“You don’t study IELTS, you study English”

Don’t be too busy practicing (only) with the sample tests, learn the basics. Seriously, it helps. Good luck for everyone who intents to take IELTS test. Believe yourself, if you find any doubt in yourself, prepare more and more, just be prepared. πŸ™‚

nb: My writing score is 6, so bear with my grammar mistakes, please? I am still learning too. πŸ˜€

lovely Padang

Setelah bertahun-tahun nggak lebaran di kampung, setidaknya saya harus membawa oleh-oleh buat blog nih, minimal beberapa cerita hehe. :p

Dongeng Malin Kundang tentu bukan sebuah dongeng yang asing, seringkali Malin Kundang dijadikan contoh dongeng dalam pelajaran bahasa Indonesia. Lalu benarkah batu Malin Kundang yang dikutuk oleh ibunya tersebut masih ada?

Jadi ke sini lah kami untuk membuktikan, ke tempat di mana β€˜katanya’ batu Malin yang bersujud meminta ampun ke ibunya ketika dikutuk, ya, Pantai Air Manis. Pantai Air Manis berada di ibu kota Sumatera Barat, yaitu Padang, untuk menuju ke sana kita harus melalui bukit dengan tanjakan dan turunan yang lumayan bikin ngeri, apalagi kemarin kami (read : aku dan Ridho Zulandra) menuju ke sana menggunakan motor bebek yang emang bukan untuk touring trek yang sejenis itu, jadilah perlu ngegas empot-empotan beberapa kali untuk melalui tiap tanjakan untuk naik ke atas. Pantai ini merupakan another pantai di balik bukit yang pernah kukunjungi selain Pantai Goa Cina (read : Pantai Goa Cina

Bagi saya kaki uda disapu ombak aja udah kaya obat, rileksnya bisa sampe ke saraf otak hahaha. walaupun tempatnya panas dan pasirnya pun ga sebagus pasir pantai lain yg teksturnya lebih halus, sementara di pantai ini pasirnya menyatu dengan air jadi lebih kaya tanah gitu mungkin ya. keunikan Pantai ini selain karena batu malin juga letaknya yang diapit beberapa bukit sehingga ketika ada ombak, ombak tersebut menabrak bukit-bukit di sekitar pantai sehingga air yang sampai di kaki kita pun dari berbagai arah, favorit banget deh bagiku. ini mungkin agak subjektif juga sih karena rasa cintanya sama kampung halaman juga, belum tentu bagi orang lain pantai air manis merupakan objek yang menarik, hanya saja saya ingin orang tahu bahwa di kampung saya ada Pantai bernilai sejarah, Pantai Air Manis. πŸ™‚

dikelilingi bukit
sama batu malin
batu malin lebih dekat
tampak dari atas bukit

sori kualitas gambarnya mungkin dipengaruhi objek ya hehe (?).

Selain menuju Pantai Air Manis, kami juga mengitari kota Padang yang sebenernya kotanya ga gede-gede amat, tapi lumayanlah biar tau hehe. kami menuju sebuah museum yang bernama Aditya Warman. Museum ini berisi banyak informasi mengenai adat dan beberapa buku mengenai Minang. diiringi dengan lagu-lagu minang dan pemandangan yang apik dari jendela museum membuat rasa capek karena kepanasan keliling kota dan pantai pun hilang hehe, fyi Padang sama panasnya sama Surabaya, atau malah lebih ya? ._.

beberapa foto pendukung :

tampak depan
di dalem foto sekali aja sama baju adat Payakumbuh xD

dikarenakan cuma di Padang 3 hari 2 malam dan dihabiskan lebih banyak untuk silaturahmi cerita mengenai Padang pun cuma bisa disajikan sedikit hiks. ya karena kampung saya masih harus dilalui dengan travel 3 sampai 4 jam dari kota Padang yaitu di Payakumbuh !
enjoy reading, tunggu cerita lain mengenai Bukittinngi ya. hehe.

trip to Ranu Kumbolo (10 Mei 2013 – 12 Mei 2013)

“ayahmu TNI AL ya ik?” Sulthon bertanya di tengah perjalanan ke Ranu Kumbolo
“iya te, kenapa?”
“pantesan”

aku nggak ngerti maksud pertanyaan Sulthon sih tapi emang aku sudah pernah menggumam dalam hati
“apa jadinya kalau anak seorang pelaut diajak ke gunung?”

gak pernah kebayang sama sekali bagi seorang anak tunggal yang biasanya susah dapet ijin buat keluar-keluar bisa mendaki gunung tertinggi sepulau Jawa, ya memang ga sampai ke puncak sih, seandainya lain waktu punya waktu liburan yang lebih panjang dan ada lagi orang-orang hebat yang mau berangkat bareng lagi aku masih mau banget ke sana dan bareng-bareng ke puncak mungkin someday, I do really wish I could.

memang perjalanan menuju ke Ranu Kumbolo ndak mudah, jujur saja bagi orang yang tidak rutin olahraga, mendaki gunung bukanlah hal yang mudah. nafas yang gak teratur dan mudah kelelahan bikin badan ini butuh lebih banyak berhenti untuk mengatur nafas. tapi ngeliat pendaki-pendaki lain yang bahkan ada yang masih umur balita, rasanya makin semangat buat terus jalan samibl ngelihat ciptaan Allah di sepanjang jalan yang bikin kita nggak akan berhenti mengucap Subhanallah. Maha Suci Allah.

dari pos ke pos kita samasama saling nyemangatin dan berbagi minum dan makan kaya madu, coklat ataupun gula merah buat nambah energi. sungguh, aku bersyukur bisa memiliki perjalanan tiga hari dua malam kemarin dengan orang-orang hebat dan pantang menyerah seperti kalian πŸ™‚

perjalanan sesulit apapun bila dijalani bersama orang-orang spesial dan dengan tekad yang kuat pasti akan tercapai .

terima kasih untuk edwina, aswita, maya, revy, sondang, fifi, nisa, mayang, carisa, hani. kalian cewe-cewe luar biasa, kita pasti jadi ibu yang hebat ::)
terima kasih dobel buat cowo-cowo hebat yang bisa menghandle dan menjaga cewe-cewe yang banyak ini sulthon, mario, acip, hasbi, asid, rian, ipan, opal, bambang, biondi, kalian pasti jadi kepala keluarga yang baik deh.
terima kasih buat kebersamaan, semangat, dan kenangannya, semoga suatu hari nanti kita bisa saling bercerita dengan bangga dan senangnya atas perjalanan yang sudah kita jalani bersama πŸ™‚

kamu sangat berarti istimewa di hati selamanya rasa ini, jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing, ingatlah hari ini. πŸ™‚

nb : foto menyusul, belum ada foto full team yg diupload, ditunggu fotonya buat yang bawa filenya πŸ˜€

nnb : Selamat ulang tahun buat Biondi (10 Mei) dan Aswita (12 Mei)
kalian sudah melalui pertambahan usia dengan luarr biasaaa πŸ˜€

mungkin suatu saat bisa berangkat full team basilisk ya hehe :3