Halo, kali ini saya nulis dalam bahasa aja ya, karena yang daftar LPDP pun hanya orang Indonesia hehehe.
Oke, setelah saya mengikuti seleksi LPDP pada tanggal 18-20 November kemarin, beberapa orang meminta tips dan trik menghadapi seleksi LPDP, dan saya selalu menjawab, nanti ya kalau terbukti berhasil baru bisa cerita, daripada menyesatkan hehehe.
Daripada disebut tips dan trik, sebenernya lebih tepat cerita sih ya, karena memang, berbeda dengan tes seperti IELTS yang mendapatkan ukuran angka pencapaian, LPDP hanya memberikan hasil berupa lulus dan tidak lulus, tidak ada feedback yang membuat saya yakin apakah memang saya cukup baik pada saat menghadapi seleksi LPDP yang berupa seleksi administrasi dilanjutkan dengan seleksi substatif (interview, LGD, dan essay on the spot).
LPDP itu apa sih? tentang skema beasiswa yang saya ikuti selengkapnya bisa dibaca di sini.
Jadi gimana ceritanya ik?
Seleksi Administrasi
oke, pada tahap ini peserta diharuskan mengumpulkan berkas-berkas sebagai berikut:
1. Surat Pernyataan
2. Rekomendasi
3. Surat Kesehatan
4. TBC
5. Narkoba
6. Essay 2 (Sukses terbesarku, Peran bagi negara)
7. Study Plan
8. SKCK
9. Sertifikat Bahasa
10. Sertifikat Pendukung
Semuanya saya siapkan jauh dari deadline, karena nggak mau ketar-ketir berkas nggak bisa keupload pada hari terakhir pengumpulan, saya sendiri menyelesaikan urusan pendaftaran kira-kira seminggu sebelum penutupan, dan hal ini sangat saya syukuri karena emang pada hari terakhir pendaftaran traffic web LPDP sangat ramai. Untuk essay cobalah meminta teman untuk membaca dan memberikan feedback supaya yakin bahwa yang dituliskan sudah cukup baik.
Seleksi Substantif
Setelah dua minggu dari batas akhir pengumpulan berkas, diumumkanlah hasil dari seleksi administrasi, lalu disusul dengan jadwal dan tempat seleksi pada e-mail terpisah di hari berikutnya. Jadwal yang pertama diberikan merupakan rentang waktu seleksi selama tiga hari sedangkan jadwal lebih rinci beserta kelompok wawancara serta LGD dan essay dikirimkan lagi H-2 seleksi substantif, sungguh membuat jantung dagdigdug.
Lalu, bagaimana ceritanya? Saya mendapatkan jadwal seleksi dua hari, bisa saja kamu mendapatkan jadwal sehari penuh dari pagi hingga sore untuk menyelesaikan tiga proses seleksi tersebut. Bagi saya pribadi sebenarnya lebih suka ketika bisa selesai dalam satu hari dan ngga perlu kepikiran lagi besoknya, tapi melihat rentang waktu antrian seleksi yang bisa jadi dari jam 8 pagi hingga 3 sore (atau bahkan lebih), saya cukup bersyukur mendapatkan jadwal interview serta LGD dan essay pada hari yang terpisah.
Pada hari pertama, saya mendapatkan jadwal verifikasi berkas pada pukul 9.00-10.00 dan jadwal interview pukul 11.00. Cukup lama rasanya menunggu pada saat itu, terlebih ketika menunggu saya menghabiskan waktu berbincang-bincang dengan orang-orang yang bener-bener hebat yang bikin saya merasa seperti butiran debu dibandingkan dengan apa yang telah mereka capai. Cukup gelisah karena hingga jam 11 pun nama saya belum muncul di monitor, rasanya udah nggak karuan, antara deg-degan sama yaudah pasrah aja, mau pipis aja sampe ditahan. Akhirnya muncul nama saya di monitor pukul 11.30, jalanlah saya menuju ke lokasi wawancara, sampai di sana ternyata saya masih harus menunggu tim interviewer bersiap-siap, doa udah ngga putus-putus sambil nunggu, udah ngga bisa mundur juga, do or die.
Dan akhirnya dimulailah interview, pertanyaannya sebenarnya tipikal dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah banyak orang ceritakan. Pertanyaan pertama saya langsung ditagih tentang apa yang bisa saya berikan ke Indonesia dengan ilmu yang akan saya pelajari sepulang dari sana (sana, karena belum pasti tempatnya. hehe). Tidak berhenti dengan satu jawaban saja, saya terus dipertanyakan urgensi ilmu tersebut, apakah untuk berkontribusi harus dengan melalui jalan itu? Intinya, interviewer menanyakan keteguhan dan keyakinan saya dengan pilihan bidang studi serta universitas yang saya tuju.
Setelah itu, saya ditanyai mengenai pencapaian saat kuliah di ITS. Kenapa tidak ada prestasi selain pencapaian IPK dan di organisasi pun tidak menjadi pemimpin. Pada saat itu saya hanya mengakui kalau saya belum memiliki prestasi yang gemilang dan hanya bermain sebagai tim pada saat berorganisasi dibandingkan dengan menjadi pemimpin, namun saya juga jelaskan bahwa dengan kegiatan yang padat saya tetap berhasil mengelola urusan perkuliahan dengan baik. Perbincangan ini berlangsung panjang dengan berulang-ulang ditanyai “Tapi emang ngga ada kan prestasi selain itu?” yang akhirnya saya jawab “Ya, iya sih, Bu.”
Selanjutnya, saya juga ditanya mengenai hal personal seperti: apakah yakin sebagai anak tunggal orang tua nggak masalah ditinggal? Apa bisa hidup sendiri? Gimana kalo ortu tiba-tiba nyuruh pulang di tengah perkuliahan? Kenapa seleksinya ikut yang Jakarta? Sudah punya pacar? (serius), selanjutnya ditanya juga apa rencana kalo nggak diterima LPDP. Tau ga jawaban saya apa? “Ya sedih bu.” (obvious ik, please) tapi saya lanjutin bilang “Saya akan perbaiki essay serta profil saya supaya ketika daftar lagi bisa ada hal lain yang saya tawarkan dan juga memperdalam kemampuan di bidang data analysis”
Intinya, menurut saya tim interviewer ingin mengetahui seyakin apa saya dengan pilihan bidang studi saya, bagaimana saya melihat manfaat yang bisa saya berikan dari ilmu tersebut, apakah latar belakang pencapaian serta urusan personal saya pada saat kuliah sudah cukup menjadi jaminan bahwa saya akan bisa menyelesaikan studi dengan baik.
Ada hal yang bikin saya agak lemes di akhir wawancara karena psikolognya (Oiya, jadi tim interviewer terdiri dari satu psikolog dan dua akademisi) mengatakan “Kamu kenapa merendahkan diri banget sih? Ya sudah sangat berprestasi kok kamu, jangan terlalu underestimate diri sendiri”. Saya langsung merasa terkena jebakan hehehe, ya emang saya kelewat jujur kali ya, sepertinya yang diharapkan tim interviewer adalah saya bisa melihat dan menghargai diri saya sebagai orang yang cukup berprestasi dan meyakinkan mereka bahwa capaian yang sudah saya raih sudah merupakan suatu prestasi.
Namun, nggak ada standard how to pass the interview, karena serius, semua tergantung interviewernya. Tentu interviewer sudah memiliki standar penilaian yang tepat, namun metode penggaliannya bisa berbeda di tiap tim interviewer. Contohnya saja, saya mengajukan diri untuk beasiswa magister luar negeri tapi saya diwawancara hampir full (hanya ada satu sesi yang mengharuskan saya speech dalam bahasa Inggris) dengan bahasa Indonesia, yang tentu menurut saya merupakan sebuah berkah tersendiri karena penyampaian akan lebih baik ketika menggunakan bahasa Indonesia. hehe. Kok enak sih? Saya sih percayanya itu kekuatan doa. hehehe.
Interview berjalan 40 menit, cukup lama tapi sebenernya ngga gitu kerasa. Saya dapat cerita dari teman saya dia melihat peserta seleksi setelah dia hanya diwawancara selama 10 menit. Jadi, ya, itu tadi, mungkin dalam 10 menit memang interviewer sudah bisa melihat hal-hal yang diperlukan. Sekali lagi, ngga ada standar tips dan trik selain yakin, pelajari dengan baik essay dan rencana studi, doa. dah.
Keesokan harinya saya menjalani seleksi Essay on the spot dan LGD. Kedua tahap seleksi ini dilakukan berkelompok, kelompok besar dan kelompok-kelompok kecil. Pada tahap EOT, setiap orang diberikan dua pilihan topik mengenai isu terkini di Indonesia dan bagaimana opini serta solusi yang menurutmu tepat. Pada saat itu, saya mendapatkan pilihan hukuman mati koruptor serta isu penyusunan KUHP mengenai pencemaran nama baik presiden. Selain mengikuti berita, saya sarankan untuk mempelajari struktur menulis yang baik sehingga ketika menuliskan opini tidak berbelit-belit. Tidak ada minimal jumlah kata pada penulisan essay, hanya diberi waktu 30 menit untuk menuliskan opini.
Selanjutnya dari kelompok besar dibagi ke kelompok-kelompok kecil sejumlah 10 orang di tiap tim untuk melakukan Leaderless Group Discussion, sebelum masuk ke ruang LGD dan Essay, peserta diberi waktu menunggu selagi panitia menyiapkan ruangan dan soal. Manfaatkan waktu tersebut untuk berkenalan pada teman-teman satu tim, sehingga akan lebih cair pada saat LGD. Tenang saja, pada saat LGD, akan diberikan satu artikel sebagai bahan yang akan didiskusikan. Kemarin, saya mendapatkan topik legalisasi prostitusi. Menurut saya yang terpenting dalam LGD, ikutilah forum dengan baik, tunjukkan antusiasme dan perhatian ketika orang lain berbicara, berikan tanggapan mengenai opini-opini peserta sebelumnya, jangan menyerang opini orang lain, pun ketika tidak setuju, tunjukkan saja ide lain apa yang kamu punya.
Wow, panjang juga ya, semoga jumlah kata yang panjang ini bisa setara dengan kebermanfaatannya. Maaf kalau ngga bener-bener bisa kasih tips, karena memang bentuknya cuman cerita aja hehehe. Siapapun yang mau daftar LPDP, semoga berhasil, siapkan sebaik-baiknya ya. Kalau aku bisa, kamu juga insyaAllah bisa. Berdoa, berusaha, dan yakin sama Allah aja. π